Saturday, December 25, 2010

Suratan Takdirku.....


Suratan takdirku…..


Ketenangan yang ku dambakan,
Tiada pernah mampu,
Untuk ku lenyapkan,
Acap kali ketenangan itu hadir,
Pasti tiada mampu bertahan,
Bertandangnya ia hanya seketika Cuma,
Sedangkan aku impikan selamanya,


Inilah suratan takdirku,
Namun mengapa ianya terjadi padaku,
Aku juga ingin seperti insane-insan lain,
Yang sering ditemani kebahgiaan,
Andai ianya suratan buatku,
Aku terima seadanya,




Ketulusan yang ku tabur,
Sering disalah erti oleh mereka,
Yang tiada pernah mengerti,
Apa yang telahku curahkan,
Mengapa penghinaan yang aku terima,
Adakah ketulusan yang kuberikan,
 Tiada ertinya……….


Aku sedar,
Aku hanyalah insane yang sepi,
Sepi yang sengaja disemai,
Dibajai oleh mereka,
Mampukah sinar bahagia,
Melenyapkan kuntuman sepi yang tersemai ini?


Aku tetap berharap,
Hadirnya insane yang setulus a’yob,
Member cahaya harapan buatku,
Yang semakin suram cahayanya,

Aku yakin pada kehendakmu,
Dan aku akan tetap berharap,
Agar nur kasih bersulam bahagia,
Akan memancar terang untukku,
Walau berkurun lamanya,
Sangup aku menanti…….

Saat Bersamamu


Saat Bersamamu…
Disaat hati ini sepi sendirian,
Dikau hadir menyapa kalbu,
Mengisi kekosongan hati ini,
Yang suram tiada ertinya,
Dengan cahaya tulus nan suci,

Saat-saat bersamamu,
Terbuai daku dalam mimpi,
Mimpi yang indah bermakna,
Dihiasi deraian kelopak mawar,
Yang harum bertaburan,
Tanpa helaian kelayuan,

Kini……
Saat yang ku damba,
Bersamamu disisi,
Kian nyata memancar,
Girang hati ini berlagu,
Melenyapkan kenangan semalam,
Yang telah ku lontar jauh,
Dari sudut hati ini,

Saat bahagia yang diimpi,
Telah ku genggam bersama,
Hakikat cinta bersamamu,
Janji terpatri kukuh di hati,
Hanya nyawa pemisah ikatan,
Walau jutaan halangan menjelma..

Derita Dilempar Sejarah Silam....


Derita dilempar sejarah silam………

Di kehemingan malam,
Sedang insane lena dibuai mimpi,
Suara menggegar mengejut alam,
Terdengar bedilan penghancur,
Menggegarkan penghuni alam maya,

Sikecil menangis menjerit,
Siibu merintih menitis air mata,
Siajah bangkit berjuang kebebasan,
Berbekal sebilah parang nan tumpul,

Nun di latar,
Kelihatan bergelimpangan perjuang bangsa,
Tumbang satu persatu menyembah bumi,
Hanya pasrah menanti,
Dengan berbunga harapan mewangi,




Anak-anak kecil erat dalam dakap ibu,
Siibu berkorban melawan derita,
Berenang dilautan darah yang mengalir,
Mencari sirna kebebasan,
Menghancurkan pertualang durjana,
Hingga lemas dalam lautan perjuangan,

Bertempiaran lari anak-anak kecil,
Berlari mencari ibu susuan,
Meraung deras derita sikecil,
Sehingga berguguran air mata darah,

Sipetualang it uterus membara,
Rakus membakar merah menyala,
Merasa derita dirasa pejuang bangsa,

Kini…..
Pagi nirmala menyusur hadir,
Mutiara harapan kian kembali menyinar,
Tanah yang semalam gersang,
Kini subur nan megah bercahaya,
Wahai anak generasi bangsaku,
Bangkitlah menyinar tanah ibunda tercinta,
Menggenggam semangat pertiwi,
Bergabung utuk jati dirimu,
Menghancurkan pertualang durjana,
Agar sirna kemerdekaan bercahaya berkilau,
Demi pewarismu kegirangan,

Ayuh!
Kita lemparkan sejarah silam,
Kita bentuk perpaduan bangsa,
Kita satukan jiwa serumpun,
Kita bebaskan bangsa tercinta,
Biar Negara terus merdeka,
Dan terus bersinar gemilang.

Thursday, December 23, 2010

Diari Buat Ibu....

Tika waktu bersatu
Tika rindu bertamu,
Tika sepi berlagu,
Tika lena dibuai mimpiku,
Dikau menjelma disisiku,
Membelai manja diriku,

Lalu kutersedar dari fantasi,
Tersedar dari mimpi semata,
Ku pandang kanan……
Lantas ku pandang kiri,
Aku hanya keseorangan di kamar,
Tiada berteman disisi,
Hatiku berbisik sendiri,
Ibu……………………
Dikau dimana?
Daku rindu padamu ibu,
Daku tiada mampu tidur seorang diri,
Ibu datanglah disisi ini,

Malam yang dingin,
Aku tiada mampu menahan,
Sebab hati menggundang derita air mata,
Air mata seorang anak yang kehausan,
Kasih dan belaian mesramu,

Malam yang gelita,
Aku tiada mampu lelapkan mata,
Aku termenung seorang diri,
Hanya diteman pawana nan sayu,
Kedinginan malam membaluti tubuh suci,
Sambil menggambar wajah yang dirindui,

Bilakah waktunya akan menjelma,
Adakah pertemuan akan bertandang,
Mengapa teramat sukarnya,
Dua hati bersatu abadi…..

Namun……..
Aku tiada akan pernah mengalah,
Kerna hidupku bersama nyawamu,
Lantas ku titipkan dalam diari hidupku,
Diari buat ibu ku beri tajuknya…….